BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hubungan dua tulang
disebut persendian (artikulasi). Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat
digerakkan. Beberapa komponen penunjang
sendi antara lain kapsula sendi, ligamen (ligamentum),
tulang rawan hialin (kartilago
hialin), cairan sinovial atau
cairan sendi. Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada
sendi yang dihasilkan dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat.
Asam hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan
sendi dapat berfungsi sebagai pelumas (Ema, 2011).
Cairan synovial akan
memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak terjadi gesekan dalam
pergerakan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk
membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi.
Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk kedalam cairan itu berada
diarea antara tulang pada sendi tersebut (Kadir. A, 2012)
Indikasi memeriksa
cairan sendi diberikan oleh bertambah banyaknya cairan itu dan pemeriksaan
laboratorium membantu diagnosis kelainan. Aspirasi cairan sendi haus
mengindahkan syarat-syarat asepsis dan aspirat ditampung dalam 3 tabung steril.
Dua tabung diisi heparin steril untuk bermacam-macam pemeriksaan, sedangkan
tabung ketiga tidak diberikan antikoagulan. Masing-masing tabung diisi 1-3 mL
cairan (Gandasoebrata,2006).
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimanakah proses pengambilan sampel
cairan sendi?
1.2.2
Apa saja jenis pemeriksaan cairan sendi?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui proses pengambilan
sampel cairan sendi.
1.3.2
Untuk mengetahui jenis pemeriksaan
cairan sendi.
1.4 Manfaat
1.4.1
Memberikan informasi tentang cairan
sendi.
1.4.2
Menambah pengetahuan penulis dan pembaca
tentang cara pengambilan sampel cairan sendi dan jenis pemeriksaan cairan
sendi.
1.4.3
Menambah referensi tentang cairan sendi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi
Arthrocentesis dilakukan oleh dokter
atau paramedik terlatih dengan mengunakan alat yang steril dan tepat.
Pre
Analitik
- Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi besar, 23/25
untuk sendi kecil).
- Digunakan sarung tangan steril.
- Dilakukan anastesi lokal (lidokain atau etiklorida
spray).
- Kapas alkohol dan betadine.
- Empat tabung penampungan tanpa antikoagulan.
Analitik
- Ditentukan lokasi penusukan,
daerah ektensor lebih aman (bebas saraf) dan beri tanda.
- Dilakukan tindakan aseptik pada
lokasi.
- Dilakukan anastesi lokal
(inflamasi lidokain/prokain dengan jarum halus atau etiklorida spray).
- Ditusuk daerah yang sudah
ditandai dengan spuit yang berisi 25 µ sodium heparin (dibilas) dan
gunakan jarum yang sesuai hingga terasa jarum menembus membran sinovia
(seperti menusuk kertas).
- Dilakukan aspirasi
perlahan-lahan (untuk meminimalisasi nyeri).
- Spesimen ditampung (sesuai
urutan tabung pertama kali diisi).
~
Tabung
I (tabung heparin ) steril untuk pemeriksaan mikrobiologis (gram dan
biakan).
~
Tabung
II (tabung EDTA) untuk pemeriksaan mikroskopis, memeriksa kristal, dan hitung
jenis sel.
~
Tabung
III (tanpa EDTA) untuk pemeriksaan kimia atau imunologi dan untuk pemeriksaan
makroskopis.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan sampel:
1. Mengetahui
apakah pasien mempunyai gangguan hemostasis.
2. Melakukan
dengan tehnik yang benar dan berusaha untuk selalu steril.
3. Sampel
yang didapatkan sesegera mungkin untuk dibawa kelaboratoium.
4. Jika
akan dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8 jam
terebih dahulu.
5. Bila
dikehendaki antikoagulan digunakan heparin.
6. Bila
akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung cairan sendi
harus steril (Suwasono, 2009).
![]() |

Contoh Lokasi pengambilan cairan sendi
2.2
Pemeriksaan Cairan Sendi
A. TES
MAKROSKOPI
Ø Warna
dan kejernihan :
Pre
Analitik
Persiapan pasien :
tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap
kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Sampel
dimasukan kedalam tabung steril
2. Dilihat
warna dan kejernihan sampel .
Nilai rujukan : tidak
berwarna dan jernih.
Pasca
Analitik
Interpretasi
:
·
Kuning jernih : artritis traumatik,
osteoartritis dan artritis rematoid ringan.
·
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan
non spesifik, karena bertambahnya lekosit.
·
Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid
dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan
efusi.
·
Seperti nanah atau purulent : artritis
septik yang lanjut.
·
Seperti darah : pada trauma, hemofilia
dan sinovisitis vilonodularis hemoragik. Bila darah terjadi karena trauma pada
waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan,
sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.
·
Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang
telah lama (Gandasoebrata,2006).
Perbandingan cairan sendi pada beberapa keadaan
![]() |
·
Ø Bekuan
Pre analitik
Pre analitik
Persiapan pasien :
tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes :
fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Sampel
dimasukan kedalam tabung steril
2. Dibiarkan
sampel selama 1 jam
3. Dilihat
ada tidaknya bekuan.
Nilai rujukan : tidak membeku.
Pasca
analitik
Interpretasi :
Bekuan + : ada proses
peradangan (Gandasoebrata,2006).
Ø Viskositas
Pre analitik
Pre analitik
Persiapan pasien :
tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam
hialuronat dalam cairan sendi menentukan viskositas cairan.
Alat : spuit atau
semprit tanpa jarum.
Analitik
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Dihisap
sampel ke dalam spuit atau semprit tanpa jarum.
2. Diteteskan
sampel ke luar dari spuit tersebut.
3. Diukur
panjang tetesan. Atau diambil sampel dengan jari telunjuk, direntangkan antara
jari telunjuk dan ibu jari.
4. Hitung
panjang rentangan.
Nilai rujukan : panjangnya
tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi.
Pasca
analitik
Interpretasi :
non inflamatorik ® Viskositas
tinggi.
Viskositas menurun
(< inflamatorik akut dan septik) hemoragik ®Viskositas bervariasi
(Gandasoebrata,2006).
B. TES
MIKROSKOPIS
Ø Jumlah
lekosit
Hasil hitung lekosit total maupun
hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory
arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre
analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan
khusus.
Persiapan sampel :
-
Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau
metilen biru dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
-
Jika cairan sendi terlalu kental
kemungkinan sulit untuk dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer
hialuronidase.
-
Bila cairan sendi banyak mengandung
eritrosit, maka digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini
dapat melisiskan eritrosit.
Prinsip tes : Sampel
diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan
faktor pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
Analitik
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Dipipet
sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
2. Dipipet
NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa menit agar isi
pipet bercampur baik.
3. Kemudian
dibuang 4 – 5 tetes isi pipet.
4. Disiapkan
kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
5. Diteteskan
isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
6. Dihitung
jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit dengan menggunakan perbesaran
lensa objektif 10 x dan hasilnya dikali 50 (pengenceran).
Nilai rujukan: jumlah
lekosit < 200/mm3.
Pasca
analitik
Interpretasi :
o
Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non
inflamatorik (penyakit degeneratif).
o
Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3
menandakan inflamatorik akut.
~
Artritis gout akut : jumlah lekosit
750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.
~
Faktor rematoid : jumlah lekosit
300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3
~
Artritis rematoid : jumlah lekosit
300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.
~
Septik (infeksi) : jumlah lekosit
20.000-200.000/mm3
~
Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3,
rata-rata 23.500/mm3.
~
Atritis gonore : jumlah lekosit
1.500-108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3.
~
Atritis septik : jumlah lekosit
15.600-213.000/mm3, rata-rata 65.400/mm3.
~
Hemoragik : jumlah lekosit
200-10.000/mm3
(Gandasoebrata,2006).
Ø Hitung
Jenis
Hitung jenis lekosit pada sendi
dapat membedakan inflammatory arthritis, non
inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre
Analitik
Persiapan pasien : tidak
dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
-
Sampel harus diperiksa < 1 jam
setelah pengambilan.
-
Sampel dapat langsung dari cairan
aspirasi atau dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan
sendi diapuskan di atas obyek glass kemudian diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
Cara kerja pewarnaan MGG :
1. Diambil
cairan sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan
1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian dibuat hapusan di atas objek
glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi
apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu dibilas dengan air mengalir.
4. Diteteskan
sediaan apusan dengan larutan May Grunwald ± 1 – 2 menit.
5. Digenangi
dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3 menit.
6. Diwarnai
dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan
5 – 10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati
apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x menggunakan oil emersi.
Nilai rujukan : jumlah
netrofil < 25 %.
Pasca
analitik
Interpretasi
:
Jumlah netrofil <
normal atau non inflamatorik®25%
Jumlah
netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
~
Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
~
Faktor rematoid : jumlah netrofil 8 – 89%, rata-rata 46%.
~
Artritis rematoid : jumlah netrofil 5 – 96%, rata-rata 65%.
~
Artritis tuberkulosa : jumlah netrofil 29 – 96%, rata-rata 67%.
~
Artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
~
Artritis septik : jumlah netrofil 75 – 100%, rata-rata 95%.
~
Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik
: <50 o:p="">
(Gandasoebrata,2006).
Ø Kristal-kristal
Pre analitik
Pre analitik
Persiapan pasien :
tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel
disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis
kristal tergantung jenis kelainan.
Analitik
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Diteteskan
satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah disentrifus diatas objek glass
dan ditutup dengan cover glass.
2. Diperiksa
dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
Nilai rujukan : tidak
ditemukan kristal dalam cairan sendi.
Pasca
analitik
Interpretasi :
~
Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan
pada artritis gout.
~
Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD)
yang ditemukan pada kondro-kalsinosis (pseudogout).
~
Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat
pada calcific periarthritis dan tendenitis.
~
Kristal kolesterol ditemukan pada
artritis rematoid.
(Gandasoebrata,2006)
C. TES
KIMIA
Ø Tes
bekuan mucin
Pre
analitik
Persiapan
pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan
sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam
asetat dapat membekukan asam hialuronat dan protein.
Alat dan bahan :
Alat dan bahan :
1.
Tabung reaksi
2.
Pengaduk
3.
Aquades
4.
Asam asetat glacial
5.
Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Kedalam
1 tabung reaksi dimasukan 4mL aquadest.
2. Dimasukan
sebanyak 1 mL cairan sendi.
3. Diteteskan
1 tetes larutan asam asetat 7 N.
4. Diaduk
kuat-kuat dengan batang pengaduk.
5. Kemudian
diperiksa hasil reaksi segera setelah diaduk dan setelah 2 jam.
Nilai
rujukan
Terlihat satu
bekuan kenyal dalam cairan jernih ® Mucin baik : normal. (Gandosoebrata,2010)
Pasca
analitik
Interpretasi :
·
Mucin sedang : jika bekuan
kurang kuat dan tidak mempunyai batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya
pada RA.
·
Mucin buruk : jika bekuan yang
terjadi berkeping-keping dalam
cairan keruh, misalnya
karena infeksi.
(Gandasoebrata,2006).
Ø Tes Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum
pengambilan sampel.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih dahulu.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih dahulu.
Analitik
Cara Kerja:
Cara Kerja:
Tes Glukosa menggunakan
alat Cobas Mira
1. Masukkan
50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro
2. Kemudian
letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
3. Tempatkan
reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH)
4. Masukkan
nomor identitas penderita dan program tes
5. Pengukuran
akan dilakukan secara otomatis
6. Hasil
tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa
serum dan glukosa cairan sendi adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg="" o:p="">
Kelompok inflamatorik :
~
arthritis
gout akut ® perbedaannya 0 – 41 mg%,
rata-rata 12 mg%.
~
faktor
rematoid ® perbedaannya 6 mg%.
~
artritis
rematoid ® perbedaannya 0 – 88 mg%,
rata-rata 31 mg%.
Kelompok septik :
~
artritis
tuberkulosa ® perbedaannya 0 – 108
mg%, rata-rata 57 mg%.
~
artritis
gonore ® perbedaannya 0 – 97
mg%, rata-rata 26 mg%.
~
artritis
septik ® perbedaannya 40 – 122
mg%, rata-rata 71 mg%.
~
Kelompok
hemoragik ® perbedaannya < 25 mg%
(Kadir. A, 2012).
Ø Tes Laktat dehidrogenase (LDH)
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus.
Analitik
Tes Laktat dehidrogenase (LDH) menggunakan
alat Cobas Mira
1. Masukkan
50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro.
2. Kemudian
letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan.
3. Tempatkan
reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH).
4. Masukkan
nomor identitas penderita dan program tes.
5. Pengukuran
akan dilakukan secara otomatis.
6. Hasil
tes akan keluar pada print out.
Nilai rujukan : 100-190 U/L
Pasca analitik
Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis
karena infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generative (Kadir. A,
2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cairann sendi adalah cairan pelumas
yang terdapat pada sendi. Pemeriksaan cairan sendi
dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan
pembengkakan pada sendi. Dalam proses pengambilan sampel cairan sendi yang
perlu diperhatikan yaitu sterilitas dalam proses pengambilan dan menggunakan
teknik pengambilan yang benar. Jenis pemeriksaan dari cairan sendi diawali
dengan pemeriksaan makroskopi, pemeriksaan mikroskopi dan pemeriksaan kimia.
3.2 Saran
1. Pada
saat pengambilan cairan sendi, sangat memperhatikan sterilitas dan memerlukan
keahlian khusus agar tidak berpengauh terhadap pemerikasaan.
2. Saat
melakukan pemeriksaan cairan sendi baik makroskopis, mikroskopis dan kimia
perlu memperhatikan pra analitik, analitik dan post analitik agar mendapatkan
hasil yang akurat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar