Minggu, 13 April 2014

Cairan Sendi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Beberapa komponen penunjang sendi antara lain  kapsula sendi, ligamen (ligamentum), tulang rawan hialin (kartilago hialin), cairan sinovial atau cairan sendi. Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi sebagai pelumas (Ema, 2011).
Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk kedalam cairan itu berada diarea antara tulang pada sendi tersebut (Kadir. A, 2012)
Indikasi memeriksa cairan sendi diberikan oleh bertambah banyaknya cairan itu dan pemeriksaan laboratorium membantu diagnosis kelainan. Aspirasi cairan sendi haus mengindahkan syarat-syarat asepsis dan aspirat ditampung dalam 3 tabung steril. Dua tabung diisi heparin steril untuk bermacam-macam pemeriksaan, sedangkan tabung ketiga tidak diberikan antikoagulan. Masing-masing tabung diisi 1-3 mL cairan (Gandasoebrata,2006).
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimanakah proses pengambilan sampel cairan sendi?
1.2.2        Apa saja jenis pemeriksaan cairan sendi?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui proses pengambilan sampel cairan sendi.
1.3.2        Untuk mengetahui jenis pemeriksaan cairan sendi.
1.4  Manfaat
1.4.1        Memberikan informasi tentang cairan sendi.
1.4.2        Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang cara pengambilan sampel cairan sendi dan jenis pemeriksaan cairan sendi.
1.4.3        Menambah referensi tentang cairan sendi.



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi
            Arthrocentesis dilakukan oleh dokter atau paramedik terlatih dengan mengunakan alat yang steril dan tepat.
Pre Analitik
  1. Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi besar, 23/25 untuk sendi kecil).
  2. Digunakan sarung tangan steril.
  3. Dilakukan anastesi lokal (lidokain atau etiklorida spray).
  4. Kapas alkohol dan betadine.
  5. Empat tabung penampungan tanpa antikoagulan.

Analitik
  1. Ditentukan lokasi penusukan, daerah ektensor lebih aman (bebas saraf) dan beri tanda.
  2. Dilakukan tindakan aseptik pada lokasi.
  3. Dilakukan anastesi lokal (inflamasi lidokain/prokain dengan jarum halus atau etiklorida spray).
  4. Ditusuk daerah yang sudah ditandai dengan spuit yang berisi 25 µ sodium heparin (dibilas) dan gunakan jarum yang sesuai hingga terasa jarum menembus membran sinovia (seperti menusuk kertas).
  5. Dilakukan aspirasi perlahan-lahan (untuk meminimalisasi nyeri).
  6. Spesimen ditampung (sesuai urutan tabung pertama kali diisi).
~   Tabung I  (tabung heparin ) steril untuk pemeriksaan mikrobiologis (gram dan biakan).
~   Tabung II (tabung EDTA) untuk pemeriksaan mikroskopis, memeriksa kristal, dan hitung jenis sel.
~   Tabung III (tanpa EDTA) untuk pemeriksaan kimia atau imunologi dan untuk pemeriksaan makroskopis.

Hal-hal yang perlu  diperhatikan dalam pengambilan sampel:
1.      Mengetahui apakah pasien mempunyai gangguan hemostasis.
2.      Melakukan dengan tehnik yang benar dan berusaha untuk selalu steril.
3.      Sampel yang didapatkan sesegera mungkin untuk dibawa kelaboratoium.
4.      Jika akan dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8 jam terebih dahulu.
5.      Bila dikehendaki antikoagulan digunakan heparin.
6.      Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung cairan sendi harus steril (Suwasono, 2009).

 







Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi






Contoh Lokasi pengambilan cairan sendi
                                                                                                       

2.2 Pemeriksaan Cairan Sendi
A.    TES MAKROSKOPI
Ø  Warna dan kejernihan :
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
1.      Sampel dimasukan kedalam tabung steril
2.      Dilihat warna dan kejernihan sampel .
Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.
Pasca Analitik
Interpretasi :
·         Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis rematoid  ringan.
·         Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena bertambahnya lekosit.
·         Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik, pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.
·         Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut.
·         Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis vilonodularis hemoragik. Bila darah terjadi karena trauma pada waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka warna merah akan menetap.
·         Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama (Gandasoebrata,2006).






Perbandingan cairan sendi pada beberapa keadaan
 

·        
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Ø  Bekuan
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
1.      Sampel dimasukan kedalam tabung steril
2.      Dibiarkan sampel selama 1 jam
3.      Dilihat ada tidaknya bekuan.
 Nilai rujukan : tidak membeku.


Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan + : ada proses peradangan (Gandasoebrata,2006).
Ø  Viskositas
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan viskositas cairan.
Alat : spuit atau semprit tanpa jarum.
Analitik
Cara kerja :
1.      Dihisap sampel ke dalam spuit atau semprit tanpa jarum.
2.      Diteteskan sampel ke luar dari spuit tersebut.
3.      Diukur panjang tetesan. Atau diambil sampel dengan jari telunjuk, direntangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.
4.      Hitung panjang rentangan.
Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi.
Pasca analitik
Interpretasi :
non inflamatorik ® Viskositas tinggi.
Viskositas menurun (< inflamatorik akut dan septik) hemoragik ®Viskositas bervariasi (Gandasoebrata,2006).

B.     TES MIKROSKOPIS
Ø  Jumlah lekosit
Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
-          Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
-          Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer hialuronidase.
-          Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena  cairan ini dapat melisiskan eritrosit.
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
Analitik
Cara kerja :
1.      Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
2.      Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi  pipet beberapa menit agar isi  pipet bercampur baik.
3.      Kemudian dibuang  4 – 5 tetes isi  pipet.
4.      Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
5.      Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
6.      Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit dengan menggunakan perbesaran lensa objektif 10 x dan hasilnya dikali 50 (pengenceran).
Nilai rujukan: jumlah lekosit  < 200/mm3.

Pasca analitik
Interpretasi :
o   Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik (penyakit degeneratif).        
o   Jumlah lekosit  2.000-100.000/mm3   menandakan inflamatorik akut.
~   Artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.
~   Faktor rematoid : jumlah lekosit  300-98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3
~   Artritis rematoid : jumlah lekosit  300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.
~   Septik (infeksi) : jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3
~   Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata 23.500/mm3.
~   Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3.
~   Atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata 65.400/mm3.
~   Hemoragik : jumlah lekosit 200-10.000/mm3
(Gandasoebrata,2006).

Ø  Hitung Jenis
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
-             Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
-             Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass kemudian diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
1.      Diambil cairan  sendi yang telah disentrifuge
2.      Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3.      Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu dibilas dengan air mengalir.
4.      Diteteskan  sediaan apusan dengan larutan May Grunwald  ± 1 – 2 menit.
5.      Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3 menit.
6.      Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan.
7.      Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x menggunakan oil emersi.
Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik®25%  
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
~  Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
~  Faktor rematoid : jumlah netrofil  8 – 89%, rata-rata 46%.
~  Artritis rematoid : jumlah netrofil  5 – 96%, rata-rata 65%.
~  Artritis tuberkulosa : jumlah netrofil  29 – 96%, rata-rata 67%.
~  Artritis gonore : jumlah netrofil  2 - 96% , rata-rata 64%.
~  Artritis septik : jumlah netrofil  75 – 100%, rata-rata 95%.
~  Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50 o:p="">
(Gandasoebrata,2006).

Ø  Kristal-kristal
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.
Analitik
Cara kerja :
1.      Diteteskan satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah disentrifus diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass.
2.      Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
Pasca analitik
Interpretasi :
~   Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis gout.
~   Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan pada kondro-kalsinosis (pseudogout).
~   Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific periarthritis dan tendenitis.
~   Kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.
(Gandasoebrata,2006)

C.     TES KIMIA
Ø  Tes bekuan mucin
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan protein.
Alat dan bahan :
1.            Tabung reaksi
2.            Pengaduk
3.            Aquades
4.            Asam asetat glacial
5.            Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :
1.      Kedalam 1 tabung reaksi dimasukan 4mL aquadest.
2.      Dimasukan sebanyak 1 mL cairan sendi.
3.      Diteteskan 1 tetes larutan asam asetat 7 N.
4.      Diaduk kuat-kuat dengan batang pengaduk.
5.      Kemudian diperiksa hasil reaksi segera setelah diaduk dan setelah 2 jam.
Nilai rujukan
Terlihat satu  bekuan kenyal dalam cairan jernih ® Mucin baik :  normal. (Gandosoebrata,2010)




Pasca analitik
Interpretasi :
·         Mucin sedang : jika  bekuan   kurang  kuat  dan  tidak  mempunyai                           batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya  pada RA.
·         Mucin buruk : jika  bekuan yang  terjadi  berkeping-keping dalam
                     cairan keruh, misalnya karena infeksi.
(Gandasoebrata,2006).

Ø  Tes Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pengambilan sampel.
Persiapan sampel :  tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih dahulu.
Analitik
Cara Kerja:
Tes Glukosa menggunakan alat Cobas Mira
1.      Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro
2.      Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
3.      Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH)
4.      Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
5.      Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
6.      Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan:  Perbedaan  antara  glukosa serum dan glukosa cairan sendi adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg="" o:p="">
Kelompok inflamatorik :
~   arthritis gout akut ® perbedaannya  0 – 41 mg%, rata-rata 12 mg%.
~   faktor rematoid ® perbedaannya  6 mg%.
~   artritis rematoid ® perbedaannya  0 – 88 mg%, rata-rata 31 mg%.

Kelompok septik :
~   artritis tuberkulosa ®  perbedaannya  0 – 108 mg%, rata-rata 57 mg%.
~   artritis gonore ®  perbedaannya  0 – 97 mg%, rata-rata  26 mg%.
~   artritis septik ®  perbedaannya  40 – 122 mg%, rata-rata  71 mg%.
~   Kelompok hemoragik ®  perbedaannya < 25 mg% (Kadir. A, 2012).

Ø  Tes Laktat dehidrogenase (LDH)
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus.
Analitik
Tes Laktat dehidrogenase (LDH) menggunakan alat Cobas Mira
1.      Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro.
2.      Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan.
3.      Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein, glukosa, LDH).
4.      Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.
5.      Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
6.      Hasil tes akan keluar pada print out.
Nilai rujukan : 100-190 U/L
Pasca analitik
Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generative (Kadir. A, 2012).










BAB III
PENUTUP


3.1    Simpulan
Cairann sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Dalam proses pengambilan sampel cairan sendi yang perlu diperhatikan yaitu sterilitas dalam proses pengambilan dan menggunakan teknik pengambilan yang benar. Jenis pemeriksaan dari cairan sendi diawali dengan pemeriksaan makroskopi, pemeriksaan mikroskopi dan pemeriksaan kimia.
3.2    Saran
1.   Pada saat pengambilan cairan sendi, sangat memperhatikan sterilitas dan memerlukan keahlian khusus agar tidak berpengauh terhadap pemerikasaan.
2.   Saat melakukan pemeriksaan cairan sendi baik makroskopis, mikroskopis dan kimia perlu memperhatikan pra analitik, analitik dan post analitik agar mendapatkan hasil yang akurat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar