Minggu, 21 Desember 2014

Respon Imun Terhadap Tubuh


makalah immunologi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Pengertian sistem imun Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegahinvasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya.Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama. Sistem kekebalan tubuh yang sehat merupakan kekebalan yang dapat membedakan antara bagian tubuh dari sistem itu sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler.
Sistem imun humoral terdiri atas antibodi dan cairan yang disekresikan organ tubuh tubuh (saliva, air mata, serum, keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-lain). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, dan neutrofil yang berada di dalam sel. Tubuh manusia mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Jantung, hati, ginjal, dan paru-paru juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh. Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan yang membesar dibandingkan keadaan biasanya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe sedang berpasangan melawan kuman yang masuk dalam tubuh. Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggungjawab dalam pembentukan sel T. Kelenjar thymus sangat penting bagi bayi yang baru lahir, karena bayi yang tidak memiliki kelenjar thymus akan mempunyai sistem imun yang buruk.
Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh thymus, lien dan sumsum tulang belakang. Leukosit bersirkulasi di dalam tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah, sehingga sistem imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman maupun substansi lain yang bisa menyebabkan permasalahan dalam tubuh. Leukosit pada umumnya memiliki dua tipe, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan benda asing tersebut. Sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Kadar netrofil bisa dijadikan indikator adanya infeksi dari bakteri.
Limfosit terdiri dari dua tipe, yaitu limfosit B dan Limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang belakang. Limfosit yang berada di dalam sumsum tulang belakang jika matang menjadi limfosit sel B, atau jika meninggalkan sumsum tulang belakang menuju kelenjar thymus menjadi limfosit T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfosit B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan “tentara” untuk mengunci keberadaan benda asing. Benda asing yang telah diidentifikasi oleh sel B kemudian akan dihancurkan oleh sel T. Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu sel yang akan memberikan respon. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, mikroorganisme patogen, ataupun sel yang terinfeksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
            1. Apakah yang dimaksud dengan respon imun tubuh ?
            2. Apakah fungsi respon imun terhadap tubuh ?
            3. Bagaimanakah mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi ?
            4. Bagaimanakah gangguan yang dapat terjadi pada sistem imun ?
1.3 Tujuan Penulisan
Bedasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
            1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan respon imun tubuh.
            2. Untuk mengetahui fungsi respon imun terhadap tubuh.
            3. Untuk mengetahui mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.
            4. Untuk mengetahui gangguan yang dapat terjadi pada sistem imun.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan refrensi atau bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya di bidang virologi mengenai respon imun tubuh terhadap infeksi.

 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Respon Imun
Pengertian sistem imun Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegahinvasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya.Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.
2.2 Fungsi Respon Imun Terhadap Tubuh
Beberapa peranan atau fungsi respon imun terhadap tubuh antara lain :
1)      Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
2)      Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan  jaringan.
3)      Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4)      Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh
2.3 Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi
2.3.1 Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
A. Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
1. Tidak selektif
2. Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
3. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
4. Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :
Ø  Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a.       Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
b.      Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c.       Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.
d.      Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
Ø  Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni  dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor  (panas), dan tumor (bengkak). Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2.      Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
3.      Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4.      Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5.      Sel-sel fagosit memakan patogen.
Ø  Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast  (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :
1.      Pengenalan ( recognition ), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2.      Pergerakan ( chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3.      Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.
4.      Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
5.      Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
6.      Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
Ø  Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut. Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.
B. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :
o   Bersifat selektif
o   Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
o   Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
o   Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
o   Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
Ø  Limfosit
a)      Limfosit B (Sel B) Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :
1.      Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2.      Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3.      Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
b)      Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
1.      Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2.      Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3.      Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
Ø  Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit. Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
o   Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
o   Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
o   Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
o   Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen) Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya
NO
TIPE ANTIBODY
KARAKTERISTIK
1
IgM
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)
2
IgG
Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada janin
3
IgA
Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan.
4
IgD
Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh sel B plasma.
5
IgE
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan
cell mast 
 (mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.


Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat pada tabel di bawah ini.






Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Pertahanan Tubuh Spesifik
Pertahanan Pertama
Pertahanan kedua
Pertahanan ketiga


  • Kulit
  • Membran mukosa
  • Rambut hidung dan silia pada trakea
  • Cairan sekresi dari kulit dan membran mukosa

  • Inflamasi
  • Sel-sel fagosit
  • Protein
  • antimikrobia

  • Limfosit
  • Antibodi


2.3.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja
1)      Kekebalan Humoral
 Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer. Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
 2)  Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
2.3.3 Berdasarkan Cara Memperolehnya
1)      Kekebalan Aktif 
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa  jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat. Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
1.      Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2.      Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan.
3.      Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4.      Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif 
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
2.4 Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh
a. Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang. Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
b. Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami kerusakan.

3. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :
·         Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
·         Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai kuman penyakit. Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan. Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
·         Gangguan pada sistem saraf.
·         Penurunan libido.
·         Sakit kepala.
·         Demam.
·         Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan.
·         Diare.
·         Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh.
·         Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total.
·         Terjadi penurunan berat badan secara drastic.
Cara penularan virus HIV/AIDS :
·         Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS.
·         Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita.
·         Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS.
·         Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS.
Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
·         Menghindari hubungan seks di luar nikah.
·         Memakai jarum suntik yang steril.
·         Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka.
·         Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Alif, Afandi.2014. Makalah_biologi_sistem_imunitas_pada_tubuh_manusia. (On Line) http://www.academia.edu/7537645/MAKALAH_BIOLOGI_SISTEM_IMUNITAS_PADA_TUBUH_MANUSIA. Diakses pada tanggal 5 November 2014.

Devi, Novitasari .2014. imunologi-terhadap-infeksi. ( On Line )