Senin, 28 April 2014

Makalah Formaldehid Toksikologi


Tugas Toksikologi
FORMALDEHID


logo stikes


Oleh :
I PUTU ARIAWAN
NIM : 12.131.0368




SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN D3
2014


FORMALDEHID
1. Latar Belakang
Bagi kebanyakan orang, formalin adalah  bahan yang lazim digunakan untuk pengawet mayat . Formalin mempunyai sifat khas dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat.
Formaldehide yang lebih dikenal dengan nama formalin sebenarnya bukan merupakan bahan makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh di tambahkan pada makanan. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen, korosif, dan iritatif.
Akhir – akhir ini semakin marak dibicarakan tentang formalin yang terdapat dibeberapa bahan makanan. Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan lebih lama bertahan.
Pengawet formalin mempunyai unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya jika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein  mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap  ke bagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat  unsur  kimia dari formalin maka bila di tekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan di serang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet.
            Sifat antimicrobial dari formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan amino bebas dalam protei menjadi campuran lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat seiring dengan peningkatan suhu (Lund,1994). Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk rangkaian – rangkaian antara protein yang berdekatan.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih bila formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi.
Formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan di kenal dengan zat yang bersifat neurotoksik. Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilas. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan.
2. Pengertian formaldehid
Formaldehid merupakan senyawa kimia berbentuk gas atau larutan dan kedalamnya ditambahkan methanol 10-15% untuk mencegah polimerisasi. Dalam perdagangan, tersedia formaldehid 37% dalam air yang dikenal dengan formalin serta dikenal sebagai bahan pengawet dan biasanya mengandung 10% methanol, memiliki karakteristik tidak bewarna bau yang keras dan mempunyai berat jenis 1,09 kg/1 dalam suhu 20 derajat Celsius.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain sebagai berikut  :
a.       Formol
b.      Morbicid
c.       Formic Aldehyde
d.      Oxymethylene
e.       Methylene aldehyde
f.       Oxomethane
g.      Formoform
h.      Ethylene aldehyde
i.        Oxomethane
j.         Formoform
k.      Formalith
l.         Karsan 
3. Sifat formaldehid
Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dansanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa,   formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Formaldehida bisa membentuk trimer siklik,1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.

Sifat fisika dan kimia
·         Tampilan                                 : cairan jernih (tidak berwarna)
·         Bau                                          : berbau menusuk, keras
·         Kelarutan                                : sangat larut
·         Berat jenis dan pH                  : 1.08 dan 2.8
·         Volatilasi (21oC)                     : 100
·         Titik didih dan titik cair          : 96oC dan –15oC
·         Kepadatan uap (1 atm)           : 1.04
·         Tekanan Uap                           : 1.3 @ pada 20oC

4. Penggunaan formaldehid
Pembunuh kuman sehingga di manfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
a.       Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
b.      Bahan pada pembuatan sutra buatan, cermin kaca dan bahan peledak.
c.       Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
d.      Bahan pembuatan pupuk lepas lambat (sustained release ) dalam bentuk urea formaldehyde.
e.        Bahan untuk pembuatan produk parfum.
f.       Pencegah korosi untuk sumur minyak.
g.      Bahan untuk insulasi busa.
h.      Bahan perekat untuk produk kayu lapis ( plywood ).
Penggunaan yang salah
Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan olehprodusen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya:
a.       Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
b.      Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
c.       Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
d.      Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari dan tidak mudah basi.

5. Mekanisme formaldehid masuk ke dalam tubuh
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan. Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini.
Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. 
6. Bahaya utama formaldehid terhadap kesehatan
Bahaya utama dapat terjadi dan berpotensi fatal jika terhirup,berbahaya jika kontak dengan kulit atau tertelan menyebabkan kulit melepuh, selaput mukosa terbakar,iritasi saluran pernafasan dan mata (kemungkinan parah),lakrimasi,reaksi alergi,bahaya kanker (pada manusia). 
A.    Bahaya paparan jangka pendek (Akut)
1)      Jika Terhirup
Konsentrasi 0,1-5,0 bpj dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan; 10-20 bpj dapat menyebabkan susah bernafas,rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan,dan batuk;25-50 bpj dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan luka saluran pernafasan seperti pneumonitis dan kadang-kadang edema paru. Gejala lain seperti bersin, sulit bernafas, radang kerongkongan, radang batang tenggorokan, dada sesak, radang cabang batang tenggorokan, sakit kepala, disfagia, sangat haus, kelelahan, berdebar-debar, mual dan muntah. Pada konsentrasi sangat tinggi akan menyebabkan kematian. Reaksi hipersensitifitas seperti udem laring, asma bronchitis parah, dan dilaporkan terjadi urtikaria pada orang yang pernah terpapar.
2)      Jika Kontak  Dengan Kulit
Uap atau larutan dapat menyebabkan rasa sakit, perubahan warna putih, keras, mati rasa, dan luka baker tingkat satu. Sensitisasi dermatis yang ditandai dengan ekstrim, reaksi vesicular disertai dengan erupsi pada kelopak mata, wajah, leher, skrotum, dan pundak terjadi pada orang yang pernah terpapar. Juga dilaporkan terjadi urtikaria. Dosis letal pada kelinci sebeser 270 mg/kg
3)      Jika Kontak Dengan Mata
Kosentrasi 0,05-3,0 bpj dapat menyebabkan iritasi dengan kemerahan, gatal, sakit, berair, penglihatan kabur, dan lakrimasi sedang. 4-20 bpj dapat menyebabkan lakrimasi hebat, dan kerusakan mata permanen, dan kebutaan.
4)      Jika Tertelan
Kasus tertelan formalin dalam bentuk gas tidak mungkin terjadi, tapi jika terjadi, dapat menyebabkan mulut, tenggorokan dan lambung terbakar, sulit bernafas, mual, muntah dan diare, kemungkinan pendarahan, sakit perut parah, sakit kepala, hiotensi, vertigo, stupor, kejang, pingsan, dan koma. Perubahan degeneratif dari hati, jantung dan otak, dan gangguan limpa, pankreas, susunan saraf pusat, dan ginjal dengan albuminuria, hermaturia, anuria, dan asidosis dapat terjadi.
B.     Bahaya paparan jangka panjang ( Kronis )
a)      Jika Terhirup
Paparan berulang atau jangka panjang menyebabkan sakit kepala, rintis mual, mengantuk, gangguan pernapasan, gangguan ginjal, dan sensitisasi paru. Efek neuropsikologi seperti gangguan tidur, iritibilitas, gangguan keseimbangan, penurunan daya ingat, hilang konsentrasi, dan perubahan kejiwaan. Gangguan haid dan sterilitas kedua pada wanita. Efek reproduktif pada hewan
b)      Jika Kontak Dengan Kulit
Paparan berulang atau jangka panjang mungkin menyebabkan luka bakar tingkat dua, mati rasa, gatal, gangguan pada kuku, pengerasan dan penyamakan kulit dan sensitisasi. Dermatitis dapat terjadi atau terlihat beberapa tahun kemudian dimulai dengan erupsi pada area digital, dan bagian lain tubuh.
c)      Jika Kontak Dengan Mata
Efek tergantung pada konsentrasi dan lama paparan. Keterulangan atau kontak lama dengan bahan krosif dapat menimbulkan konjungtivitas atau efek seperti pada paparan jangka pendek
d)     Jika Tertelan
Tertelan formalin dalam jumlah sedikit secara berulang dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan, muntah, dan pusing. Reaksi sensitisasi pernah dilaporkan. Pria yang menelan formalin selama 15 hari mengeluh sakit pada perut atau lambung dan sakit kepala. Gejala lain yang dilaporkan termasuk rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan, dan 4 orang pria mengalami gatal-gatal pada dada dan paha.
Penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan sesungguhya telah dilarang sejak tahun 1982. Hal ini dikuatkan dengan Undang-Undang No 7/1996 tentang Perlindungan Pangan. Walaupun daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988 yaitu bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan mempunyai pengaruh langsung terhadap derajat kesehatan manusia

7. Penanganan bila telah terpapar formaldehid
a.       Terhisap
 Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bisa bernapas beri napas buatan. Jika sulit bernapas beri oksigen, kemudian panggil dokter.
b.      Tertelan
Berilah susu, arang aktif atau air. Setiap bahan organik dapat menonaktifkan formalinjaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul.
c.       Kontak kulit
segera cuci dengan air paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
d.      Kontak mata
segera cuci dengan air selama 15 menit kemudian panggil dokter

 Daftar pustaka
Ariliwandra.2011.Formaldehid.(online).http://ariliwandra.blogspot.com/2011/02/formalin.html. Diakses pada tanggal 28 April 2014.
Chaliq.2013.Formalin atau Formaldehid.(online) http://chaliq-chemistry.blogspot.com/2012/03/formalin-atau-formaldehid.html. Diakses pada tanggal 28 april 2014.
Sumantri, 2009. Pemeriksaan mi basah dan mi kering yang dijual di kota Jambi.AAK. Jambi

Kevin.2013.Mengenal formalin. (online).http://kevinrudhy.blogspot.com/2013/01/formalin.html. Diakses pada tanggal 28 April 2014.

Wicaksana Widya.2009. Mengenal Formalin dan  Bahayanya . (online).http://supermilan.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 April 2014.


Kamis, 24 April 2014

Proteus Vulgaris


Makalah Bakteri Proteus sp
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa” bakteri (Brooks, dkk 2005).
Kuman yang termasuk genus Proteus tumbuh secara aerob berbentuk batang pendek/panjang  berpasangan atau berantai yang bersifat gram negative (mengikat warna merah dari fuchsin), ada yang coccobacilli, polymorph, tidak mempunyai spora, tidak berkapsul serta bergerak aktif dengan flagella peritrika.
   Proteus ini terdapat di alam bebas seperti air, tanah, sampah dan tinja (Proteus vulgaris). Proteus sp menimbulkan infeksi pada manusia hanya bila bekteri keluar dari saluran cerna. Organisme ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menimbulkan bakteremia, pneumonia, dan infeksi fokal pada pasien yang lemah atau pada pasien menerima infuse intravena. Proteus morganii dan Proteus rettgeri dapat menyebabkan infeksi nosocomial (hospital-acquired) dan Proteus morganii menyebabkan diare pada anak-anak terutama di musim panas.
Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces,urin, dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah.

1.2   Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana klasifikasi bakteri Proteus sp?
1.2.2        Bagaimana morfologi bakteri Proteus vulgaris?
1.2.3        Bagaimana siklus hidup bakteri Proteus vulgaris?
1.2.4        Bagaimana penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Proteus vulgaris?
1.2.5        Bagaimana pengobatan dan pencegahan bakteri Proteus vulgaris?
1.2.6        Bagaimana pemeriksaan laboratorium bakteri Proteus vulgaris?
1.2.7        Pada media apa saja bakteri Proteus vulgaris dapat tumbuh?

1.3 Tujuan
1.3.1   Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi bakteri Proteus sp.
1.3.2   Mahasiswa mampu mengetahui morfologi bakteri Proteus vulgaris.
1.3.3   Mahasiswa mampu mengetahui siklus hidup bakteri Proteus vulgaris.
1.3.4  Mahasiswa mampu mengetahui gejala klinis yang ditimbulkan oleh bakteri Proteus vulgaris.
1.3.5    Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan dan pencegahan bakteri Proteus vulgaris.
1.3.6    Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan laboratorium bakteri Proteus vulgaris.
1.3.7    Mahasiswa mampu mengetahui media untuk biakan bakteri Proteus vulgaris.

1.4 Metodelogi Penelitian
            Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan dan media elektronik dengan beberapa revisi.

BAB II
PEMBAHSAAN

2.1 Klasifikasi Bakteri Proteus vulgaris
Kingdom  :  Bacteria
Phylum     :  Proteobacteria
Class         :  Gamma Proteobacteria
Or            der        :  Enterobacteriales
Family       :  Enterobacteriaceae
Genus        :  Proteus
Species      :  Proteus vulgaris

2.2 Morfologi Bakteri Proteus vulgaris
Proteus vulgaris adalah berbentuk batang Gram-negatif. Ukuran sel individu bervariasi dari 0,4 ~ 1,2 ~ 0.6 μm oleh 2.5 μm, Proteus vulgaris memiliki flagella peritrik, ada yang cocobacilli dan bergerak aktif, tidak berspora, tidak berkapsul. Termasuk dalam bakteri  non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe/anaerob.
v 2.jpg                             vulgar.jpg
Gambar1. Bakteri Proteus  vulgaris
                   Gambar2. Bakteri Proteus 
                                  Vulgaris
proteus.GIF
Gambar3. Bakteri Proteus vulgaris

2.3 Siklus hidup bakteri Proteus vulgaris
Proteus sp merupakan flora normal dari saluran cerna manusia. Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman.

2.4 Penyakit yang ditimbulkan bakteri Proteus vulgaris
Penyakit yang ditimbulkan berupa infeksi tractus urinarius pada nosocomial infection. Pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan menggunakan kateter dalam keadaan steril.
·      Spesies ini terdapat dalam beberapa macam serotype , strain x yang mengalami aglutinasi dalam antiserum terhadap penyakit riketsia tertentu (Dorland : 1996)
·      Proteus vulgaris dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan diare pada anak – anak.

2.5 Pengobatan dan pencegahan bakteri Proteus vulgaris
Ø  Pengobatan bakteri Proteus vulgaris dapat di gunakan beberapa antibiotik seperti :
1.      Ciprofloksasin
2.      Seftazidim
3.      Netilmicin
4.      Sulbaktam atau cefoperazo
5.      Meropenem
6.      Piperasilin atau tazobactam
7.      Unasyn
Pemberian Antibiotik dosisnya dinaikkan untuk penyakit-penyakit yang menginfeksi
sinus atau pernafasan. Seperti contohnya pemberian ciprofloksasin yang normalnya diberikan dalam dosis 1000mg perhari , diberikan 2000mg per hari untuk kasus penyakit sinus atau pernafasan. Pemberian probiotik juga dapat digunakan sebagai penunjang pengobatan dalam kasus diare pada anak yang disebabkan oleh bakteri Proteus vulgaris.
Ø  Pencegahan dari infeksi bakteri Proteus vulgaris ini antara lain adalah :
1. Memperhatikan kebersihan sarana umum terutama sumur yang digunakan sebagai sumber mata air untuk kehidupan sehari-hari.
2. Memperhatikan kebersihan diri , mencuci tangan setiap buang air.
3. Menjaga kebersihan makanan dan minuman , memasak air hingga benar benar matang agar terhindar dari infeksi bakteri.
4. Memperhatikan kebersihan luka yang sedang diderita agar bakteri Proteus vulgaris maupun bakteri yang lain tidak mudah menginfeksi tubuh.
5. Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit seperti pemberian multivitamin penambah imunitas tubuh.
6.  Hindari terjadinya nosocomial infection melalui penggunaan kateter urina yang tidak steril.
2.6 Pemeriksaan Laboratorium bakteri Proteus vulgaris
            Berdasarkan tes fermentasi di laboratorium, P.vulgaris  memfermentasi glukosa, dan amygdalin, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau manitol. P.vulgaris juga memberikan hasil positif untuk Metil Merah (campuran asam fermentasi) dan juga bergerak aktif  menggunakan flagellnya. Kondisi pertumbuhan yang optimal organisme ini berada dalam lingkungan anaerobik fakultatif dengan suhu rata-rata sekitar 23 derajat Celcius.
            Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan kemungkinan penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, yang memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki sejarah yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.
            Sampel urine merupakan bahan yang digunakan sebagai pemeriksaan laboratorium untuk bakteri Proteus vulgaris baik secara pemeriksaan langsung atau pun setelah perbenihan.
2.7 Media Biakan Bakteri Proteus vulgaris
Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam situasi aerob atau semianaerob, pada suhu 10-43°C.



a)      Media Mac Conkay Agar (MCA)
Pertumbuhan bakteri Proteus pada media MCA memiliki cirri-ciri koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah muda, non lactose fermented, smooth, menjalar atau tidak,
 jika menjalar permukaan koloni kasar (rought).
Proteus_McConkey.jpg
Gambar 4. Koloni Bakteri Proteus vulgaris pada media MCA
b)      Media NA
Pertumbuhan bakteri Proteus yang baik pada media NA memiliki ciri-ciri kolooni kecil, elevasi cembung, smooth, pinggiran rata, dan berwarna putih keruh.
c)      Media BAP (Blood Agar Palte)
Proteus pada media selektif BAP memiliki cirri-ciri koloni sedang, smooth, keeping, ada yang menjalar dan ada yang tidak menjalar, bersifat anhaemolytis.
240px-Proteus_mirabilis_01.jpg
Gambar 5. Koloni Bakteri Proteus vulgaris pada media BAP



d)      Uji Biokimia
Pada ujia biokimia bakteri Proteus mampu memecah urea dengan cepat, mencairkan gelatin, glukosa dan sukrosa dipecah menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak pecah.
No.
Media / test
Proteus vulgaris
1
Swarming
+
2
H2S
+
3
Indole
+
4
Urease
+
5
Gelatinase
-
6
Ornithin
-
7
Citrate
+ / -
8
Fermentasi Maltosa
+
9
Fermentasi Mannitol
-
10
Fermentasi adinitol
-















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Proteus vulgaris merupakan  bakteri batang Gram negatif dan flora normal pada saluran cerna. Proteus vulgaris memiliki flagella peritrik, ada yang cocobacilli dan bergerak aktif, tidak berspora, tidak berkapsul. Proteus vulgaris akan menimbulkan penyakit apabila berada di luar saluran cerna. Penyakit yang menimbulkan berupa infeksi tractus urinarius pada nosocomial infection.
3.2 Saran
Untuk mencegah Proteus vulgaris menginfeksi saluran kemih yaitu pada saat akan menggunakan kateter sebaiknya menggunakan kateter yang steril dan melakukan pemasangan secara steril. Untuk mendapatkan biakan Proteus sp sebaiknya menggunakan media yang sesuai kebutuhan dari bakteri Proteus sp itu sendiri.
















Daftar Pustaka

Anggi Sahada.2012. Penyakit – Penyakit Yang Disebabkan Oleh Berbagai Mikroorganisme. (On Line) http://sahadaanggi.wordpress.com/2012/04/16/penyakit-penyakit-yang-disebabkan-oleh-berbagai-mikroorganisme/ diakses pada tanggal 27 April 2014.

Entjang Indan. 2011. Mikrobiologi Dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Zamzam. 2014. Identifikasi Proteus.(On Line ) http://t3leporters.blogspot.com/2014/01/identifikasi-proteus.html diakses pada tanggal 27 April 2014.

Ahlan.2012. Identifikasi Proteus. (On Line) http://teenozhealthanalyst.blogspot.com/2012/03/identifikasi-proteus.html diakses pada tanggal 27 April 2014